1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi
selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif.
Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha
pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat
berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan,
metode kerja, bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan
sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah
kepemimpinan (leadership) (Siagian, 1980).
Upaya membangun
keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi keterampilan
teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi
terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan
pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan
untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut
meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam
kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi
perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses
persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi
antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan
memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan
budaya organisasi yang ideal.
Upaya membangun
keterampilan personal tersebut selaras dengan perkembagan kekinian rumpun
kajian Organizational Studies (Teori Organisasi, Perilaku Organisasi, Manajemen
SDM, dan Kepemimpinan), yang menemukan kontekstualisasinya dalam semangat
pendekatan human relations. Organisasi birokrasi publik pun idealnya tidak
terlepas dari arah perkembangan ini. Dalam hal ini, paradigma organisasi
birokratik-weberian yang berkarakter (terlalu) impersonal dan dingin,
mendapatkan tantangan serius dari paradigma post-birokrasi yang lebih humanis
Kreativitas penting
bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih
sepenuhnya menghargai dan memahami masalah, termasuk melihat masalah-masalah
yang tidak dapat dilihat orang lain, namum kenyataannya banyak pemimpin dalam
pengambilan keputusan tidak memperhatikan perilaku pemimpin yang baik. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan
baik, antara lain:
1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan
atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui
pertumbuhan dan perkembangan
5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap
anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan
organisasi.
1.2 PENGERTIAN PEMIMPIN
Pemimpin adalah inti
dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada
pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, 2009 Page 23).
1.3 Definisi Kepemimpinan
Definisi kepemimpinan menurut para ahli, antara lain:
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar
pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik,
1961, 24).
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi,
yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
(Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses
yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama
(Rauch & Behling, 1984, 46).
4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni
atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati
segala keinginannya.
5. Kepemimpinan adalah suatu proses
yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan
dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques,
1990, 281).
Banyak definisi
kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan
proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini,
dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya
dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan
bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.
1.4 TUGAS DAN PERAN PEMIMPIN
Menurut James A.F
Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1. Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin
bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya,
staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar
organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
(akuntabilitas).
Seorang pemimpin
bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi,
untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk
kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan
dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan
prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan
tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara
efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus
menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat
mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan
seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
5. Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi
pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi
seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus
mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang
pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus
dapat memecahkan masalah, Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
1.5 Sifat
Penting Yang Harus dimiliki sebagai Seorang
Pemimpin
1. Sifat rendah hati.
Pada hakikatnya
kedudukan pemimpin itu tidak berbeda dengan kedudukan yang dipimpin. Ia bukan
orang yang harus terus di istimewakan. Ia hanya sekedar orang yang harus didahulukan
selangkah dari yang lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin
dan mengemban amanat. Ia seolah pelayan umat yang diatas pundaknya terletak
tanggungjawab besar yang mesti dipertanggungjawabkan. Kerendahan hati biasanya
mencerminkan persahabatan dan kekeluargaan, sebaliknya ke-egoan mencerminkan
sifat takabur dan ingin menang sendiri.
2. Sifat terbuka untuk dikritik.
Seorang pemimpin haruslah menanggapi aspirasi-aspirasi umat dan
terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang membangun dan konstruktif.
Tidak seyogiayanya menganggap kritikan itu sebagai hujatan, dan menganggap
orang yang mengkritik sebagai lawan. Tetapi harus diperlakukan sebagai
“mitra”dengan kebersamaan dalam rangka meluruskan dari kemungkinan buruk yang
selama ini terjadi untuk membangun kepada perbaikan dan kemajuan.
3. Sifat jujur dan memegang amanah.
Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati umat
terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan dari seluruh amanat yang telah
diamanahkan. Pemimpin yang konsisten dengan amanat umat menjadi kunci dari
sebuah kemajuan dan perbaikan
4. Sifat berlaku adil.
Keadailan adalah konteks real yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Keadilan bagi manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakkan soal
penegakan keadilan itu sebagai sikap yang esensial. Seorang pemimpin harus
mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan seadil-adilnya bukan
sebaliknya berpihak pada seorang saja atau berat sebelah.
5. Komitmen dalam perjuangan.
Sifat pantang menyerah dan konsisten pada konstitusi bersama bagi
seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus Istiqamah dalam menegakkan
kebenaran dan keadilan. Pantang tergoda oleh rayuan dan semangat menjadi orang
yang pertama di depan apabila ada yang hendak mengganggu kelancaran jalannya
organisasi.
6. Bersikap Musyawarah.
Dalam term ini pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum adanya
musyawarah diantara orang-orang disekelilingnya dan umat. Sebab dengan
keterlibatan umat terhadap pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama akan memberikan
kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung
bersama-sama.
7. Berbakti dan mengabdi kepada Allah.
Dalam hidup ini segala sesuatunya takkan terlepas dari pandangan
Allah, manusia bisa berusaha semampunya dan sehebat-hebatnya namun yang
menentukannya adalah Allah. Hubungan seorang pemimpin dengan Tuhannya tak kalah
pentingnya yaitu dengan berbakti dan mengabdi kepada Allah. Semua ini dalam
rangka memohon pertolongan dan ridho Allah semata.
1.6 Tipe
kepemimpinan
1. Kepemimpinan diktatoris;
Memimpin dengan cara menggertak, menguasai. Gaya kepemimpinan ini
lebih cenderung kejam dan sadis. Beberapa perilaku atau gaya kepemimpinan
Diktator antara lain :
a.
Berperilaku
sebagai penguasa tunggal yang tidak dapat diganti karena dirinya diciptakan
untuk berkuasa.
b.
Setiap
kehendak atau kemauan pemimpin diktatoris harus terlaksana.
c.
Orientasi
kerjanya hanya pada hasil tidak perduli bagaimana cara mencapainya.
d.
Ucapannya
diberlakukan sebagi peraturan yang tidak bisa dibantah tapi harus dilakukan.
e.
Adanya
ancaman yang hukuman yang berat bagi yang melanggar peraturannya.
2. Kepemimpinan otokratis;
Pemusatan otoritas dan pengambilan keputusan pada pimpnan, gaya
Kepemimpinan Otokrat (autocrat) yang ditampilkan sebagai berikut :
a.
Berorientasi
pada pelaksanaan tugas.
b.
Pelaksanaan
tugas tidak boleh menyimpang dari instruksi pemimpin.
c.
Tidak
ada kesempatan bagi anggota organisasi untuk menyampaikan saran, pendapat,
kritik.
d.
Tidak
berorientasi pada hub. manusiawi dengan anggota organisasi.
e.
Pemimpin
bertolak pada prinsip bahwa “manusia lebih suka diarahkan tanpa memikul
tanggungjawab”.
3. Kepemimpinan demokratis;
Berdasarkan pada desentralisasi kekuasaan dan pengambilan
keputusan, Tipe Kepemimpinan Demokratis yaitu :
a.
Mengakui
dan menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang memilik perbedaan
kemampuan antara yang satu dengan yang lain.
b.
Memberikan
hak dn kesempatan yang sama pada setiap individu sebagai makhluk social dalam
mengekspresikan dan mengaktualitaskan diri melalui prestasi dalam organisasi.
c.
Kerjasama
dengan saling menghormati dan mengakui kelebihan dan kekurangan setiap individu
dalam organisasi.
d.
Memberikan
perlakuan yang sama pada setiap individu sebagai anggota organisasi.
e.
Memikul
kewajiban dan tanggungjawab yang sama dalam menggunakan hak masing-masinguntuk
mewujudkan kehidupah yang harmonis.
1.7 Fungsi kepemimpinan
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu
membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri
selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat – manfaat
tersebut antara lain:
a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam
pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan
b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan
yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui
c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang
akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu:
1. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada
keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
2. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan –
kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan penentukan prosedur
– prosedur yang diperlukan.
Setiap rencana yang
baik akan berisi:
a. Maksud dan tujuan
yang tetap dan dapat dipahami
b.Penggunaan sumber –
sumber enam M secara tepat
c. Cara dan prosedur
untuk mencapai tujuan tersebut
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa
memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta
selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya
proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa
mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin
harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi
sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun
yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan
ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para pemimpin tingkat
rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang
pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun
tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin
sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu
tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan
fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan
adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk
dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah
ditetapkan dalam rencana .
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan
merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak
pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada
pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi,
referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemipin perlu
selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat
memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja
dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya.
Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima
kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih
payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.
Di lain pihak, seorang
pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang
menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan
organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal
dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik- baiknya,
seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi
semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah
diberikan kepada mereka.
1.8 PRINSIP- PRINSIP DASAR
KEPEMIMPINAN
Prinsip, sebagai
paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan
sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau
organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari
suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan
kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat
dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung
kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan,
sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan
kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Covey) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar
seumur hidup
Tidak hanya melalui
pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui
membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik
maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak
dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani
berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin
seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai
energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan
dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi
positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau
bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena
itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif,
seperti ;
a. Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin
mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai
motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan
harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus
dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan
keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan
juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering
di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk
menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu
tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri
sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas,
kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi
Orang yang berprinsip
senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu
mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan
memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster
International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi
hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus
dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus
dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi
dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri
terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:
(1) pemahaman materi
(2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman
(3) mengajar materi kepada orang lain
(4) mengaplikasikan prinsip-prinsip
(5) memonitoring hasil
(6) merefleksikan kepada hasil
(7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi
(8) pemahaman baru
(9) kembali menjadi diri sendiri lagi
Mencapai kepemimpinan
yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan
buruk, misalnya:
a) kemauan dan keinginan sepihak
b) kebanggaan dan penolakan dan
c) ambisi pribadi.
Untuk mengatasi hal
tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan
pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat
dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang
seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat
disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi
faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari
belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan
memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih
pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan
mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan
diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan
pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar.
Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan
seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam
pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang
pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas
secara intelektual, tetapi juga cerdas emosional dan spiritual (IQ, EQ dan SQ).
1.9 Hakekat Pengambilan
Keputusan
Pengambilan keputusan
adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi
manajemen.. Misalnya, saat manajer merencanakan, mengelola, mengontrol, mereka
membuat keputusan. Akan tetapi, ahli teori klasik tidak menjelaskan pengambilan
keputusan tersebut secara umum. Pelopor teori manajemen seperti Fayol dan
Urwick membahas pengambilan keputusan mengenai pengaruhnya pada delegasi dan
otoritas, sementara bapak manajemen-Frederick W. Taylor- hanya menyinggung
metode ilmiah sebagai pendekatan untuk pengambilan keputusan. Seperti
kebanyakan aspek teori organisasi modern, analisis awal pengambilan keputusan
dapat ditelusuri pada Chester Barnard. Dalam The Functions of the Exec Barnard
memberikan analisis komprehensif mengenai pengambilan keputusan menyatakan
"Proses keputusan ... merupakan teknik untuk mempersempit pilihan."
Kebanyakan pembahasan
proses pengambilan keputusan terbagi dalam beberapa langkah. Hal ini dapat
ditelusuri dari ide yang dikembangkan Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan
dan organisasi yang memenangkan hadiah Nobel, yang mengonseptualisasikan tiga
tahap utama dalam proses pengambilan keputusan:
1. Aktivitas inteligensi. Berasal dari pengertian militer
"intelligence," Simon mendeskripsikan tahap awal ini sebagai
penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan.
2. Aktivitas desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan,
pengembangan, dan analisis masalah.
3. Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan
sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia
Berhubungan dengan
tahap-tahap tersebut, tetapi lebih empiris (yaitu, menelusuri keputusan
sebenarnya dalam organisasi), adalah langkah pengambilan keputusan menurut
Mintzberg dan koleganya:
1. Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan
diagnosis dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang
ekstensif dan sistematis, tetapi masalah yang sederhana tidak.
2. Tahap pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar
yang ada untuk mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain
merupakan proses pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya
mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
3. Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan
seleksi: dengan penilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau
intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang logis dan
sistematis; dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat
keputusan dan semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara
formal, otorisasi pun kemudian dibuat.
Gambar 1. Tahap
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Menurut Mintzberg
Gambar 1 merangkum
tahap pengambilan keputusan berdasarkan penelitian Mintzberg. Baik terekspresi
dalam tahap Simon maupun Mintzberg, terdapat langkah awal yang dapat
diidentifikasi yang menghasilkan aktivitas pemilihan dalam pengambilan
keputusan. Perlu dicatat bahwa pengambilan keputusan merupakan proses dinamis,
terdapat banyak celah berupa umpan balik dalam setiap tahap. "Celah umpan
balik dapat disebabkan oleh masalah waktu, politik, ketidaksetujuan
antarmanajer, ketidakmampuan untuk mengidentifikasi alternatif yang tepat atau
mengimplementasikan solusi, pergantian manajer, atau munculnya alternatif baru
secara tiba-tiba. Yang penting adalah pengambilan keputusan merupakan proses
dinamis. Proses dinamis ini mempunyai implikasi perilaku dan strategis pada
organisasi. Penelitian empiris terbaru mengindikasikan bahwa proses keputusan
yang mencakup pembuatan pilihan strategis menghasilkan keputusan yang baik
dalam organisasi tetapi masih terdapat banyak masalah, yakni manajer mengambil
keputusan yang salah. Kembali ke peranan dominan yang dimainkan teknologi
informasi dalam analisis dan praktik pengambilan keputusan yang efektif,
relevansi studi dan aplikasi perilaku organisasi ini adalah apa yang disebut
perilaku pengambilan keputusan.
1.10 KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan
suatu sifat lahiriah dari seseorang untuk mengatur sebuah kelompok untuk
mencapai suatu tujuan sesuai dengan keinginannya. Seorang pemimpin haruslah
mempunyai prinsip kepemimpinan untuk melaksanakan Fungsi kepemimpinan dengan
baik. Seorang pemimpin haruslah pandai dalam membuat keputusan agar kinerja dari yang dipimpinya
terlaksana/berjalan dengan baik.
1.11 DAFTAR PUSTAKA
Pudjo Sumedi,(2010). Organisasi dan Kepemimpinan, Jakarta, Uhamka Press.
Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rivai, Veithzal, 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
http://www.g-excess.com/pentingnya-kepemimpinan-dan-fungsi-kepemimpinan/#sthash.xqoAbfLr.dpuf dilihat tanggal 26 oktober 2013
Materi Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK (infolab.uns.ac.id)